Sabtu, 06 Oktober 2012

10 karakter unik konsumen indonesia



10  Karakter Unik Konsumen Indonesia

     Marketing.co.id- Respon terhadap ulasan tentang 10 karakter unik konsumen Indonesia sungguh menarik. Konsep yang saya gagas ini dan kemudian diulas khusus secara tuntas oleh Majalah Marketing dan mendapatkan respon yang positif walau beragam. Justru, kontradiksi pendapat yang disampaikan oleh para pembaca ini memberikan nuansa yang menarik sebagai bahan untuk dikaji lebih mendalam oleh para praktisi pemasaran di Indonesia.
Memang, tambahan kata ”unik” dari judul tersebut saja sudah memancing berbagai reaksi. Sebagian besar marketer terlihat setuju dengan proposisi yang saya kemukakan dan sebagian mengatakan bahwa keunikan dari karakter ini tidaklah terlalu terlihat. Demikian pula kata “10 karakter” juga mendorong banyak pertanyaan lanjutan. Apakah hanya 10 karakter? Adakah karakter yang lain? Apakah beberapa karakter tidak saling berhubungan?
Terlepas dari  pro dan kontra, sebagian besar marketer berpendapat bahwa gagasan ini berguna untuk mempelajari lebih dalam mengenai sikap, perilaku dan kebiasaan konsumen Indonesia. Sebagian besar pembaca dan praktisi pemasaran Indonesia juga sependapat bahwa proposisi ini juga memberikan aspirasi bagi mereka untuk menformulasikan strategi yang tepat bagi pengembangan brand mereka di pasar Indonesia.
Bagi saya, setiap marketer bukan hanya perlu merenungkan apakah setiap karakter ini sesuai bila diterapkan untuk produk dan brand mereka, tetapi harus melihatnya dari perspektif yang lebih jauh. Karakter konsumen yang mencakup sikap dan perilaku, bukanlah sesuatu yang statis. Mereka juga berkembang dan berubah. Konsumen akan mempunyai persepsi yang baru, memori yang baru, dan pengalaman yang baru dalam kehidupan mereka sebagai konsumen.
Bila demikian, maka sangatlah penting bagi marketer untuk menjawab pertanyaan seperti: apakah 10 karakter konsumen Indonesia ini akan semakin menguat atau melemah? Dengan kata lain, apakah karakter tersebut akan semakin terlihat nyata atau semakin bergerak menuju arah yang berlawanan? Pertanyaan seperti ini kritikal bagi para marketer dalam menformulasikan strategi ke depan. Bila tren semakin menguat, maka marketer tentunya harus membuat semua strategi yang sesuai dengan karakter tersebut.  Sebaliknya, bila tren menunjukkan perubahan karakter yang berlawanan, maka marketer akan memiliki peluang untuk memenangkan persaingan melalui strategi yang melawan karakter konsumen saat ini, tetapi sejalan dengan perubahan di masa mendatang.
Bagaimana Anda sendiri memprediksi perubahan setiap karakter? Mari kita lihat satu per satu dari 10 karakter yang melekat pada sebagian besar konsumen Indonesia. Karakter pertama adalah konsumen Indonesia yang cenderung mempunyai memori yang pendek. Mereka adalah konsumen yang lebih fokus kepada manfaat produk jangka pendek. Mereka adalah konsumen yang pembosan dan cepat lupa. Apa tren ke depan? Saya yakin, tren yang terjadi adalah bahwa karakter ini akan semakin melemah. Dari waktu ke waktu, konsumen Indonesia akan semakin menggunakan memori  jangka panjangnya.  Mereka akan semakin siap untuk menerima suatu produk yang memberi manfaat jangka panjang. Bila demikian, akan ada kesempataan bagi produsen yang mengedukasi pelanggan untuk tidak hanya berpikir jangka pendek tetapi mau menerima setiap manfaat jangka panjang.
Akan ada kesempatan yang semakin besar bagi asuransi untuk menjual produk dengan manfaat jangka panjang. Pasar bagi vitamin dan makanan yang menyehatkan dalam jangka panjang akan semakin mendapatkan peluangnya. Pertanyaannya, kapan perubahan ini akan terjadi? Inilah yang akan tetap menjadi pertanyaan yang harus dijawab dari tahun ke tahun melalui riset customer insight.
Karakter kedua adalah konsumen Indonesia yang cenderung tidak memiliki perencanaan. Bagaimana trennya? Saya yakin, dalam jangka panjang, karakter ini akan semakin melemah.  Dengan kata lain, karakter sebaliknya akan semakin terbangun. Konsumen Indonesia akan semakin lebih banyak menggunakan pola pembelian yang terencana. Jumlah pembelian secara impulsive akan semakin berkurang. Mereka cenderung untuk mempunyai skedul yang lebih teratur. Mereka akan terbiasa melakukan pemesanan terlebih dahulu. Jasa delivery akan semakin berkembang. Jasa yang membutuhkan pre-booking seperti airline dan hotel juga akan semakin berkembang.
Karakter ketiga adalah konsumen Indonesia yang cenderung berkelompok dan suka berumpul. Apa tren ke depan? Mudah diduga, konsumen kita akan semakin memperlihatkan karakter yang berlawanan. Mereka akan cenderung semakin individualistik. Sejalan dengan tingkat pendidikan dan kelas sosial yang semakin meningkat, maka konsumen sudah mulai membatasi kehidupannya yang berkelompok. Mereka lebih tidak mudah dipengaruhi oleh perilaku kelompok dalam menentukan produk atau jasa yang akan mereka beli dan gunakan.
Karakter keempat adalah konsumen Indonesia yang tidak adaptif terhadap teknologi baru. Dalam jangka panjang, karakter ini akan semakin berlawanan arah. Konsumen Indonesia yang memiliki tingkat pendidikan yang semakin tinggi, sudah pasti akan semakin adaptif terhadap teknologi  tinggi. Penetrasi teknologi tinggi akan semakin cepat. Kelompok early adopter akan semakin besar. Tapi, hal ini akan berlaku untuk generasi yang akan datang. Jadi, paling tidak dibutuhkan 10 tahun lagi untuk melihat konsumen Indonesia yang adaptif terhadap teknologi tinggi seperti konsumen di Singapura.
Karakter kelima adalah konsumen Indonesia yang cenderung fokus kepada konteks dan bukan konten. Ini terjadi karena konsumen kita tidak mencerna jumlah informasi yang memadai sebelum memutuskan untuk memilih dan membeli suatu produk. Dalam jangka panjang, karakter ini akan semakin melemah. Mereka akan mencerna informasi lebih banyak dan mereka akan menjadi konsumen yang semakin pandai dalam melakukan evaluasi. Ini terjadi karena konusmen kita cenderung untuk membaca media cetak lebih banyak.
Karakter keenam adalah konsumen Indonesia yang menyukai produk luar negeri.  Kalau kelima karakter sebelumnya memiliki tren yang berlawanan atau karakter yang ada semakin melemah, maka untuk karakter keenam ini, saya yakin, akan semakin kuat di masa mendatang. Konsumen Indonesia semakin tidak percaya akan kemampuan produk dalam negeri. Mereka semakin menyukai produk impor atau produk yang memiliki embel-embel luar negeri. Mereka semakin percaya bahwa produk luar negeri memiliki kualitas yang lebih baik. Selain itu, konsumen Indonesia yang mempunyai rasa nasionalisme yang tipis, juga akan mendorong karakter keenam ini justru semakin menguat.
Karakter ketujuh adalah konsumen yang semakin memperhatikan masalah religius. Sama seperti karakter keenam, maka karakter yang ketujuh ini juga cenderung akan semakin kuat. Pangsa pasar dari produk-produk yang mempunyai nilai-nilai agama akan semakin besar. Konsumen Indonesia akan semakin sensitif terhadap agama dan kepercayaan yang mereka anut. Bank syariah akan semakin maju. Produk seperti buku, musik, makanan, telekomunikasi, dan bahkan media yang membawa pesan-pesan keagamaan akan semakin mendapatkan kesempatan untuk berkembang.
Karakter kedelapan adalah konsumen yang suka pamer dan gengsi. Karakter ini juga akan semakin menguat. Tren ke depan akan semakin memperlihatkan konsumen Indonesia yang senang mendapat pujian dari lingkungan sekitarnya untuk masyarakat bawah. Mereka akan memamerkan produk yang mereka beli di mana sebagian masyarakat tidak mampu membelinya. Golongan atas akan memperhatikan status mereka. Mereka tetap akan membeli mobil yang memberi kesan mewah. Mereka akan membeli produk-produk branded yang memberikan perasaan gengsi kepada mereka.
Bagaimana dengan tren untuk karakter kesembilan, yaitu konsumen Indonesia yang banyak dipenagruhi oleh subculture? Konsumen Indonesia akan semakin memperlihatkan persamaan daripada perbedaaan karena suku dan geografis.  Mobilitas akan semakin meningkat sehingga mereka cepat belajar keragaman di antara konsumen yang lain. Kekuatan produk-produk nasional yang semakin mengkikis kekuatan produk-produk lokal juga menjadi penyebab konsumen Indonesia akan cenderung sama untuk semua daerah dan suku. Globalisasi juga akan mempercepatnya proses persamaan ini terutama untuk segmen anak muda dan affluent. Mereka cenderung tidak banyak dipengaruhi oleh adat-istiadat atau kebiasaaan daerah mereka dalam memilih dan mengkonsumsi suatu produk dan layanan.
Karakter kesepuluh, yaitu konsumen Indonesia yang tidak peduli terhadap lingkungan, akan mengalami tren sebaliknya. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan juga tekanan globalisasi, maka kosnumen Indonesia akan semakin memerhatikan lingkungan. Walaupun demikian, saya yakin, prosesnya akan lama. Minimal, dibutuhkan waktu selama 15 hingga 20 tahun untuk menciptakan konsumen Indonesia yang mempunyai kesadaran lingkungan seperti negara-negara yang relatif maju. Mungkin dibutuhkan lebih dari 30 tahun untuk membuat kesadaran terhadap lingkungan seperti konsumen di Amerika.
Inilah pandangan saya terhadap karakter konsumen Indonesia dan tren-nya di masa mendatang. Bila tren menunjukkan bahwa karakter yang ada akan semakin melemah, maka Anda bisa memikirkan strategi yang melawan karakter yang ada karena segmen dengan karakter sebaliknya akan bertumbuh. Bila karakter semakin menguat, maka sebaliknya Anda melakukan semua strategi yang konsisten dengan karakter yang ada. Pertanyaan yang kritikal adalah seberapa cepat perubahan karakter ini akan terjadi? Waktu sajalah yang akan membuktikan. Tugas kita sebagai marketer adalah untuk memprediksi kecepatan karakter konsumen untuk berubah. Siapkah Anda?
Zarkasi bersama mandiri sahabatku bekerja sama dengan UCEC dan bang mandiri